Kerajaan Malaka (kerajaan islam)
Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka sebenarnya masuk dalam wilayah negara Malaysia saat ini. Tetapi kerajaan ini sangat penting artinya bagi perkembangan agama Islam di Indonesia pada masa selanjutnya. Pada dasarnya masyarakat Malaysia dengan masyarakat Sumatera mempunyai banyak persamaan sejarah dan kebudayaannya.
Sejarah berdirinya
Setelah Samudra Pasai mengalami kemunduran dan Aceh belum berkembang, Malaka berkembang sebagai pelabuhan, pusat perdagangan, dan pusat penyebaran Islam yang sangat penting di Asia Tenggara.
Pada saat itu datanglah seorang pangeran yang bernama Paramisora (Parameswara), dari Blambangan, Jawa Timur. Pangeran ini melarikadiri karena Blambangan diserang tentam Majapahit. Karena serangan itu, Paramisora melarikan diri sampai di Singapura dan terus menuju Malaka. Orang-orang Malaka menghormati Paramisora karena mereka tahu bahwa Paramisora pernah bertahta di Jawa. Setelah bertemu dengan Sidi Abdul Azis dan menyatakan diri masuk Islam, rakyat Malaka semakin hormat terhadap Paramisora. Paramisora kemudian dipercaya menjadi pemimpin mereka. Paramisora berhasil memimpin dan mem-bangun Kota Malaka, sehingga berkembanglah wilayah tersebut menjadi Kerajaan Malaka.
Kehidupan politik
Kehidupan politik kerajaan malaka tertata, tertib, dan teratur. Kerajaan Malaka telah mengembangkan struktur birokrasi pemerintahan yang cukup teratur. Sultan adalah penguasa tertinggi sebagai duli (yang dipertuan). Di bawah sultan ada patih yang disebut Paduka Raja (Sri Nara Diraja) di Malaka. Ia membawahi pejabat-pejabat, Seperti bendahara, laksamana, tumenggung atau bupati, dan syahbandar. Undang-undang Kerajaan Malaka dirumuskan atas dasar adat istiadat.
Nama-nama Raja
• Paramisora (1396 –1414). Lebih di kenal dengan iskandar syah.
• Muhammad Iskandar Syah (Megat Iskandar Syah). (1414 – 1424).
• Raja kasim yang bergelar Sultan Mudhafar Syah (1424 – 1458).
• Sultan Mansyur Syah (1458 - 1477).
• Sultan Alauddin Syah (1477 – 1488)
• Sultan Mahmud Syah (1488 -1511).
Kehidupan Ekonomi
Penduduk Malaka umumnya memilih kegiatan perdagangan daripada pertanian. Hal ini didukung oleh letak Malaka yang strategis. Letak yang strategis, mendorong Malaka cepat berkembang sebagai bandar dan pelabuhan transito. Banyak pedagang dari luar, diantaranya dari Persia, India, Asia Tenggara, dan Cina, singgah dan berdagang. Hal ini semakin menambah kemakmuran rakyat Malaka, sebab Kerajaan Malaka mendapat keuntungan dari perdagangan dan pemungutan bea cukai.
Kehidupan sosial budaya
Malaka menjadi tempat berdagang, tempat tinggal, dan menjadi pusat penyebaran Islam. syariat dan budaya Islam berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, raja, pejabat, maupun rakyat diatur dengan suatu undang-undang. Undang-undang itu dirumuskan berdasarkan adat istiadat Melayu. Dalam undang-udang tersebut juga ada larangan dan pantangan yang harus dipatuhi oleh rakyat. sastra juga berkembang cukup baik. Karya sastra yang terkenal diantaranya Sejarah Melayu dan Hikayat Amir Hamzah.
Masa kejayaan
Pada masa pemerintahan Mansyur Syah, Malaka mencapai zaman keemasan. Daerah pengaruhnya bertambah luas. Beberapa daerah yang berhasil dikuasai adalah Semenanjung Malaka, Sumatra Tengah, daerah Kampar, Indragiri, Rokan, dan Kepulauan Riau. Perluasan daerah didukung oleh armada angkatan laut yang kuat di bawah pimpinan Laksamana Hang Tuah. Dengan angkatan laut yang kuat, Malaka tampil sebagai kerajaan maritim yang sangat tangguh.Kerajaan Malaka telah mengembangkan struktur birokrasi pemerintahan yang cukup teratur.
Masa kehancuran
Pada masa Sultan Mahmud Syah (1488 -1511). Sultan Mahmud Syah kurang cakap, sehingga tidak mampu mempertahankan kebesaran Malaka. Sultan juga kurang cakap menangani kegiatan perdagangan. Bahkan, pernah terjadi konflik (pertentangan) antara sultan dengan para pedagang. Akhirnya para pedagang sedikit demi sedikit beralih ke pelabuhan yang lain. Inilah yang menyebabkan Malaka semakin mundur. Pada tahun 1509 muncul kapal-kapal Portugis di bandar Malaka. Pada tahun 1511, Portugis melakukan penyerangan dan berhasil menduduki Malaka. Penyerangan dipimpin oleh raja muda yang bernama d'Albuquerque. Serangan ini menyebabkan Kerajaan Malaka jatuh. Jatuhnya kekuasaan Islam di Malaka mengakibatkan pedagang Islam terpaksa menyingkir dan menyebar ke berbagai daerah. Para pedagang Islam kemudian mengalihkan kegiatan perdagangannya ke Jawa, Sumatra, Kalimantan; bahkan ada yang sampai di Filipina Selatan.
Peninggalan
• Masjid Agung Deli.
• Masjid Raya Baitulrahman Aceh.
• Masjid Johor Baru.
• Benteng A'Farmosa, yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukanPortugis.
• Mata uang, yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke-15.
Sumber: wikipedia, brainly, dan blog lainnya.
Kerajaan Malaka sebenarnya masuk dalam wilayah negara Malaysia saat ini. Tetapi kerajaan ini sangat penting artinya bagi perkembangan agama Islam di Indonesia pada masa selanjutnya. Pada dasarnya masyarakat Malaysia dengan masyarakat Sumatera mempunyai banyak persamaan sejarah dan kebudayaannya.
Sejarah berdirinya
Setelah Samudra Pasai mengalami kemunduran dan Aceh belum berkembang, Malaka berkembang sebagai pelabuhan, pusat perdagangan, dan pusat penyebaran Islam yang sangat penting di Asia Tenggara.
Pada saat itu datanglah seorang pangeran yang bernama Paramisora (Parameswara), dari Blambangan, Jawa Timur. Pangeran ini melarikadiri karena Blambangan diserang tentam Majapahit. Karena serangan itu, Paramisora melarikan diri sampai di Singapura dan terus menuju Malaka. Orang-orang Malaka menghormati Paramisora karena mereka tahu bahwa Paramisora pernah bertahta di Jawa. Setelah bertemu dengan Sidi Abdul Azis dan menyatakan diri masuk Islam, rakyat Malaka semakin hormat terhadap Paramisora. Paramisora kemudian dipercaya menjadi pemimpin mereka. Paramisora berhasil memimpin dan mem-bangun Kota Malaka, sehingga berkembanglah wilayah tersebut menjadi Kerajaan Malaka.
Kehidupan politik
Kehidupan politik kerajaan malaka tertata, tertib, dan teratur. Kerajaan Malaka telah mengembangkan struktur birokrasi pemerintahan yang cukup teratur. Sultan adalah penguasa tertinggi sebagai duli (yang dipertuan). Di bawah sultan ada patih yang disebut Paduka Raja (Sri Nara Diraja) di Malaka. Ia membawahi pejabat-pejabat, Seperti bendahara, laksamana, tumenggung atau bupati, dan syahbandar. Undang-undang Kerajaan Malaka dirumuskan atas dasar adat istiadat.
Nama-nama Raja
• Paramisora (1396 –1414). Lebih di kenal dengan iskandar syah.
• Muhammad Iskandar Syah (Megat Iskandar Syah). (1414 – 1424).
• Raja kasim yang bergelar Sultan Mudhafar Syah (1424 – 1458).
• Sultan Mansyur Syah (1458 - 1477).
• Sultan Alauddin Syah (1477 – 1488)
• Sultan Mahmud Syah (1488 -1511).
Kehidupan Ekonomi
Penduduk Malaka umumnya memilih kegiatan perdagangan daripada pertanian. Hal ini didukung oleh letak Malaka yang strategis. Letak yang strategis, mendorong Malaka cepat berkembang sebagai bandar dan pelabuhan transito. Banyak pedagang dari luar, diantaranya dari Persia, India, Asia Tenggara, dan Cina, singgah dan berdagang. Hal ini semakin menambah kemakmuran rakyat Malaka, sebab Kerajaan Malaka mendapat keuntungan dari perdagangan dan pemungutan bea cukai.
Kehidupan sosial budaya
Malaka menjadi tempat berdagang, tempat tinggal, dan menjadi pusat penyebaran Islam. syariat dan budaya Islam berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, raja, pejabat, maupun rakyat diatur dengan suatu undang-undang. Undang-undang itu dirumuskan berdasarkan adat istiadat Melayu. Dalam undang-udang tersebut juga ada larangan dan pantangan yang harus dipatuhi oleh rakyat. sastra juga berkembang cukup baik. Karya sastra yang terkenal diantaranya Sejarah Melayu dan Hikayat Amir Hamzah.
Masa kejayaan
Pada masa pemerintahan Mansyur Syah, Malaka mencapai zaman keemasan. Daerah pengaruhnya bertambah luas. Beberapa daerah yang berhasil dikuasai adalah Semenanjung Malaka, Sumatra Tengah, daerah Kampar, Indragiri, Rokan, dan Kepulauan Riau. Perluasan daerah didukung oleh armada angkatan laut yang kuat di bawah pimpinan Laksamana Hang Tuah. Dengan angkatan laut yang kuat, Malaka tampil sebagai kerajaan maritim yang sangat tangguh.Kerajaan Malaka telah mengembangkan struktur birokrasi pemerintahan yang cukup teratur.
Masa kehancuran
Pada masa Sultan Mahmud Syah (1488 -1511). Sultan Mahmud Syah kurang cakap, sehingga tidak mampu mempertahankan kebesaran Malaka. Sultan juga kurang cakap menangani kegiatan perdagangan. Bahkan, pernah terjadi konflik (pertentangan) antara sultan dengan para pedagang. Akhirnya para pedagang sedikit demi sedikit beralih ke pelabuhan yang lain. Inilah yang menyebabkan Malaka semakin mundur. Pada tahun 1509 muncul kapal-kapal Portugis di bandar Malaka. Pada tahun 1511, Portugis melakukan penyerangan dan berhasil menduduki Malaka. Penyerangan dipimpin oleh raja muda yang bernama d'Albuquerque. Serangan ini menyebabkan Kerajaan Malaka jatuh. Jatuhnya kekuasaan Islam di Malaka mengakibatkan pedagang Islam terpaksa menyingkir dan menyebar ke berbagai daerah. Para pedagang Islam kemudian mengalihkan kegiatan perdagangannya ke Jawa, Sumatra, Kalimantan; bahkan ada yang sampai di Filipina Selatan.
Peninggalan
• Masjid Agung Deli.
• Masjid Raya Baitulrahman Aceh.
• Masjid Johor Baru.
• Benteng A'Farmosa, yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukanPortugis.
• Mata uang, yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke-15.
Sumber: wikipedia, brainly, dan blog lainnya.
Komentar