Kerajaan Mataram islam

Kerajaan Mataram Islam



Sejarah

Kerajaan mataram islam berdiri pada abad ke-16 yang terletak si wilayah kotagede. Awalnya ki Ageng Pamanahan dijadikaan sebagai bupati di daerah tersebut oleh sultan Hadiwijawa karena jasanya yang mampu mengalahkan Arya Panangsang di Jipanh. Lalu Ki Ageng Pamanahan berambisi menaklukan daerah lain dan menjadi pengusa (Raja).


Raja – Raja Kerajaan Mataram Islam

1. Ki Ageng Pamanahan

Ki Ageng Pamanahan merupakan raja sekaligus pendiri dari Kerjaan Mataram Islam dari desa Mataram pada tahun 1556. Desa Mataram itulah yang menjadi wilayah kerajaan Mataram pertama yang dipimpin oleh anaknya bernama Sutawijaya.

Tanah dari desa ini awalnya berupa hutan lebat yang kemudian dipangkas oleh penduduk sekitar dan kemudian diberi nama Alas Mentaok.
Lalu kemudian, Ki Ageng Pamanahan menjadikan tanah tersebut sebagai sebuah desa yang disebut Mataram.

Ki Ageng Pamanahan wafat di tahun 1584  serta dimakamkan di Kota Gede atau sekarang disebut dengan Jogjakarta.

2. Panembahan Senapati

Setelah wafatnya Ki Ageng Pamanahan  di tahun 1584, kekuasaan kerajaan jatuh kepada putranya yang bernama Sutawijaya. Sutawijaya merupakan menantu sekaligus anak angkat dari Sultan Hadiwijaya.
Pada awalnya, Sutawijaya merupakan senapati dari kerajaan Pajang, oleh sebab itu ia memiliki gelar “Panembahan Senapati” sebab masih dianggap sebagai senapati utama dari Pajang dibawah Sultan Pajang.

Kerajaan Mataram Islam mulai bangkit kembali di bawah pemerintahan Panembahan Senapati. Dimasa kepemimpinannya bahkan mampu memperluan wilayah kekuasaan kerajaan dari Pajang, Demak, Tuban, Madiun, Pasuruan dan sebagian besar wilayah di Surabaya.


3. Raden Mas Jolang (1606-1613)

Panembahan Anyakrawati atau yang lebih dikenal sebagai Raden Mas Jolang merupakan putra dari Panembahan Senapati bersama putri Ki Ageng Panjawi sang penguasa Pati.

4. Raden Mas Rangsang (1613-1645)

Beliau memiliki gelar Sultan Agung Senapati Ingalaga Ngabdurrachman.
Selain menaklukan tanah Jawa, Sultan Agung juga mampu mengalahkan VOC yang hendak merebut Jawa dan Batavia.
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng, Kerajaan Mataram Islam berkembang menjadi suatu Kerajaan Agraris.

5. Amangkurat I (1638-1677)

Amangkurat I atau Sultan Amangkurat merupakan putra dari Sultan Ageng. Saat kerajaan di bawah pemerintahannya, beliau memindahkan pusat kerajinan dari kota Gede ke kraton Plered di tahun 1647. Dan dimasa pemerintahannya kerajaan mengalami perpecahan.
Hal tersebut diakibatkan karena sultan Amangkurat I menjadi teman dari pihak VOC.

6. Amangkurat II (1677-1703)

Raden Mas Rahmat atau Amangkurat II merupakan raja sekaligus pendiri dari Kasunanan Kartasura yang merupakan lanjutan dari Kerajaan Mataram Islam.
Amangkurat II merupakan raja pertama yang mengenakan pakaian eropa sebagai pakaian dinas, oleh sebab itu masyarakat mataram menyebutnya sebagai Sunan Amral (Admiral).


Kehidupan Politik

Masa pemerintahan Sutawijaya dimulai pada tahun 1586. Pada masa pemrintahannya, ternyata kerajaan banyak mengelami pemberontakan dibagian pesisir pantai utara Jawa.

Terdapat banyak wilayah yang menentang Senapati untuk memperluas wilayah kerajaan. Hal tersebut dikarenakan Panembahan Senapati mampu menundukan wilayah sampai ke Surabaya, Madiun, Pasuruan, Ponorogo, Blambangan, Panarukan, Galuh dan juga Cirebon.

Diakhir masa kepemimpinan Panembahan Senapati, Kerajaan Mataram Islam berhasil dalam menundukan wilayah kekuasaan mulai dari Pasuruan, Jawa Timur hingga Galuh, Jawa Barat.

Kehidupan Ekonomi

Kerajaan Mataram Islam berada di pedalaman tanah Jawa, sehingga kondisi perekonomian waktu itu banyak mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber utamanya.

Basis utama pertanian tersebut berada di Jawa bagian tengah dengan komoditas utamanya yang berupa beras. Dan pada abad ke-17, Kerajaan Mataram mampu menjadi pengeskpor beras terbesar yang ada di Nusantara. Pada abad ke-17, Jepara menjadi bandar terpenting dalam aktivitas ekspor beras.
Terdapat ciri kehidupan dari kerajaan Mataram islam yaitu menganut sistem feodal yang berdasar atas sistem agraris.


Kehidupan Sosial

Dalam sistem pemerintahannya, raja adalah pemegang kekuasaan yang tertinggi, lalu diikuti dengan sejumlah pejabat petinggi kerajaan lainnya.
Adapun ikatan yang terjadi antara rakyat dan juga bangsawan yang disebut sebagai sistem patron-klien.

Untuk menciptkan ketertiban diseluruh area kerajaan, diciptakanlah sebuah perturan yang disebut dengan anger-anger yag harus dipatuhi oleh seluruh penduduk wilayah kerajaan.


Kehidupan Kebudayaan

Sedangkan sultan memupunyai peran dalam penata agama atau pengatur dalam kehidupan beragama islam bagi masyarakatnya.
Pada kehidupan budaya di dalam Kerajaan Mataram Islam berkembang pesat dalam bidang seni yang berupa seni sastra ataupun seni ukir, Lukis, dan bangunan.

Dalam perhitungan tahun Islam tersebut di dasarkan adanya peredaran bulan serta telah dimulai sejak tahun 1633.
Sultan Agung juga sudah menyusun sebuah karya sastra yang sangat terkenal dan disebut sebagai kitab sastra Gending serta menyusun adanya kitab undang-undang baru yang digunakan sebagai panduan yang berasal dari hukum islam dengan Hukum Adat Jawa yang lebih dikenal sebagai Hukum Surya Alam.


Masa Kejayaan

Kerajaan Mataram Islam mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo dari tahun 1613 hingga 1646.
Pada masa kekuasannya, wilayah kekuasaan kerajaan mencangkup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, serta daerah Sukadana di Kalimantan Barat.

wilayah Batavia dikuasai oleh pihak VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie ) Belanda. Sehingga, kekuatan militer kerajaan mataram membesar karena memiliki rasa anti kolonialisme.
Sultan Agung memakai konsep politik keagungbinataran yang memiliki arti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi, serta tidak terbagi-bagi


Masa kehancuran

Keruntuhan Kerajaan Mataram Islam dimulai pada saat kekalahan Sultan Agung dalam misi merebut Batavia serta menguasai seluruh Jawa dari Belanda.
Kemudian setelah kekalahan tersebut, kehidupan ekonomi masyarakat kerajaan dilalaikan sebab masyarakat sebagian besarnya dikerahkan untuk menghadapi perang.

Rasa dendam dan juga permusuhan dari Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus menerus berlanjut hingga Wangsa Isana berkuasa.

Sewaktu Mpu Sindok memulai periode pemerinatahannya di Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang untuk menyerangnya.
Pertempuran tak dapat dielakan dan terjadi di daerah Anjukladang yang sekarang dikenal dengan Nganjuk, Jawa Timur, dan kemudian pertempuran tersebut dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.


Peninggalan

Sastra Ghending karya Sultan Agung,
Gerbang Makam Kota Gede
Masjid yang berada di Makam Kota Gede.
Gapura Makam Kota Gede, yang merupakan perpaduan antara corak hindu dan islam
Tahun Saka
Kerajinan Perak
Kalang Obong, yaitu tradisi kematian orang kalang dengan cara membakar beberapa peninggalan orang yang telah meninggal
Kue kipo adalah makanan khas masyarakat kota gede
Pertapaan Kembang Lampir,
Segara Wana dan Syuh Brata,
Puing – puing candi Hindu dan Budha yang terdapat di aliran Sungai Opak dan juga aliran sungai Progo
Batu Datar yang terletak di Lipura lokasinya tak jauh di barat daya kota Yogyakarta
Pakaian Kiai Gundil atau lebih dikenal sebagai Kiai Antakusuma
Masjid Agung Negara yang dibangun pada tahun 1763 oleh PB III.
Masjid Jami Pakuncen yang didirikan oleh sunan Amangkurat I
Bangsal Duda
Rumah Kalang
Makam dari Raja- Raja Mataram yang berlokasi di Imogiri



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi dan sinopsis Novel Ceros dan Batozar karya Tere Liye

Resensi & sinopsis Novel Komet Karya Tere Liye

[Sinopsis & Resensi Novel] BULAN karya Tere Liye