Kerajaan Perlak (kerajaan islam)

Kerajaan perlak




Hasil Seminar Sejarah Islam di Medan tahun 1963, telah menyimpulkan bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Perlak. Kesimpulan seminar tersebut kemudian di kukuhkan dalam Seminar Sejarah Islam di Banda Aceh tahun 1978. Kesimpulan ini kemudian dikukuhkan lagi dalam Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara tahun 1980 di Banda Aceh. Dengan demikian semakin kukuhlah kesimpulan bahwa Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Perlak.

 SEJARAH KERAJAAN PERLAK

Perlak adalah kerajaan islam awal yang berada di Perlak, Aceh. Perlak merupakan sebuah daerah di pesisir timur daerah Aceh.
Raja dan rakyat penduduk daerah negri perlak adalah keturunan dari maharaja Pho He La Syahir Nuwi (meurah perlak Syahir Nuwi) dan keturunan dari pengikut-pengikutnya. Masa pemerintahan Islam Perlak berlangsung selama 467 tahun,dari tahun 225-692 H. kerajaan perlak bertepatan lahir dengan masa pemerintahan  Al-Mukhtasim Billah, khilafah Abasiyah terakhir yang memerintah tahun 218-227 H.

Pada tahun 840 ini, datanglah rombongan 100 orang yang di pimpin oleh Nakhoda Khalifah. Tujuan mereka datang adalah untuk berdagang sekaligus berdakwah menyebarkan Islam di perlak pun akhirnya meninggalkan agama lama mereka untuk berpindah ke agama Islam, Selanjutnya, salah satu anak buah Nakhoda khalifah, Ali bin Muhammad bin Ja’far Shadiq di nikahan dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi. Dari perkawinan mereka lahirlah kemudian Alaidin Syech Maulana Abdul Aziz Syah, Sultan pertama kerajaan perlak. Sultan tersebut kemudian mengubah ibu kota kerajaan,yang semulanya bernama Bandar Perlak diganti menjadi Bandar Khalifah, sebagai penghargaan dalam nakhoda dalam khalifah sultan dan istirnya, Putri Meurah Mahdum Khuduwi, ketika nanti wafat di makamkannya di Paya Meuligo, Perlak,Aceh Timur.

Dalam waktu yang tidak sampai setengah abad,Syed Maulana Abbas shah aliran sunni mulai masuk ke perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada sultan. Kaum Syiah memenangkan perang dan pada tahun 302 H, Sultan Alaidin Syed Maulana Ali Mughat dari kaum syiah naik tahta.pada terakhir pemerintahannya terjadi lagi pergolakan anatara kaum syiah dan Sunni yang kali ini di menagkan oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan selanjutnya di ambil haknya oleh golongan atau kaum Sunni.
Penobatan pada sultan yang keempat terjadi penundaan selama tiga tahun karena terjadi pertentangan politik antara aliran Syiah dan Ahlususnah waljama’ah. Para saudagar Nakhoda yang di pinpin oleh khalifah terdiri atas pemimpin pemimpin kaum Syiah yang tersingkir oleh penguasa sari dinasti Abbasiyah di tanah Arab, Persia dan India.pertentangan politik di antara keduanya sampai meluas ke perlak.

Nama-nama sultan yang berkuasa:

Sebelum berdirinya Kesultanan Perlak, di wilayah Negeri Perlak sudah ada rajanya, yaitu Meurah Perlak Syahir Nuwi. Namun, data tentang raja-raja Negeri Perlak secara lengkap belum ditemukan.

1) Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 – 249 H / 840 - 964 M).
2) Sultan Alaidin Saiyid Maulana abdurrahim Syah (249 – 285 H / 864 – 888 M).
3) Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abbas Syah (285 – 300 H / 888 – 913 M).
4) Sultan Alaidin Saiyid Maulana Ali Mughayat Syah (302 – 305 H / 915 – 918 M).
5) Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Kadir Syah Jouhan Berdaulat (306 – 310 H / 918 – 922).
6) Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah Jouhan Berdaulat (310 – 334 H / 922 – 946 M).
7) Sultan Makhdum Alaidin Malik Jouhan Berdaulat (334 – 361 H / 946 – 973).
Pecah kembali perang saudara, namun dapat diakhiri dengan melalui
perjanjian Alue Meuh pada 10 Muhharam 353 H. isi pokoknya, Perlak dibagi
menjadi dua ; Peureelak Baroh yang diperintah keluarga Azizah dan Peureelak Tunong yang diperintah keluarga Makhdum.
8a. Sultan Alaidin Saiyid Maaulana Mahmud Syah (365 – 377 H / 976 – 988) yang memerintah di Peureulak Baroh dengan kota kedudukannya di Banda Peureulak.
8b. Sultan Makhdum Alaidin Malik Ibrahim Syah Jouhan Berdaulat (365 – 402 H / 976 – 1012) memerintah di Peureulak Tunong dengan kota kedudukannya di Bandar Khalifah.
Pada masa dua kekuasaan di Perlak ini datang serangan dari Sriwijaya, yaitu tahun 986 M. Dalam serangan ini Sultan Maulana Makhmud gugur. Setelah Sriwijaya mundur dari Perlak dan dengan maksud untuk menyatukan kekuatan menghadapi serangan Dharmawangsa dari Jawa, Kerajaan Perlak disatukan kembali pada tahun 1006.
9) Sulthan Makhdum Alaidin Malik Mahmud Syah Jouhan Berdaulat (402 – 450 H / 1012 – 1059 M)
10) Sultan Makhdum Alaidin Mansyur Syah Jouhan Berdaulat (450 – 470 H / 1059 – 1078 M).
11)Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdullah Syah Jouhan Berdaulat (470 – 501 H / 1078 – 1108 M).
12)Sultan Makhdum Alaidin Malik Ahmad Syah Jouhan Berdaulat (501 – 527 H / 1108 – 1134 M).
13)Sultan Makhdum Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (527-522 H / 1134 –1158 M).
14) Sultan Makhdum Alaidin Malik Usman Syah Johan Berdaulat (552-565 H / 1158 –1170 M)
15)Sultan Mahdum Alaidin Malik Muhammad Syah Johan Berdaulat (565-592 H / 1170-1196 M).
16) Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat (592-622 H / 1196 – 1225 M)
17)Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan berdaulat (622-662 H / 1225-1263 M).
18) Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H / 1263 –1292 M).

PERIODE PEMERINTAHAN

Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat, melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan dua orang puterinya, yaitu: Putri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, al-Malik al-Saleh. Kesultanan Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal pada tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah kekuasaan sultan Samudera Pasai yang memerintah pada saat itu, Sultan Muhammad Malik Al Zahir yang juga merupakan putera dari al-Malik al-Saleh.

Masa kejayaan Kerajaan Perlak

 Terjadi pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Jouhan Berdaulat yakni pada tahun 1225 sampai 1262 Masehi. Pada masa pemerintahan beliau, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat, yakni dalam bidang pendidikan Islam dan bidang perluasan dakwah Islamiah.

Runtuhnya Kerajaan Perlak 

Runtuhnya kerajaan Perlak karena banyak terjadi perang saudara antara dua golongan yang berbeda yaitu aliran Syiah dan aliran Sunni.  pada masa sultan ke 17 Kerajaan Perlak melakukan strategi politik persahabatan dengan kerajaan-kerajaan tetangga sehingga penggabungan kerajaan perlak dengan kerajaan samudra pasai tidak dapat dihindarkan. Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H / 1263 –1292 M). Merupakan sultan terakhir Perlak, sebab sepeninggalan Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat Perlak di satukan dengan Samodra Pasai. Yang berkuasa waktu itu di Samudra Pasai adalah Muhammad Malikul Tahir, Putra Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari.

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA

Sebelum bersatu dengan Kerajaan Samudera Pasai, wilayah kekuasaan Kesultanan Perlak hanya mencakup kawasan sekitar Perlak saja. Perlak dikenal dengan kekayaan hasil alamnya yang didukung dengan letaknya yang sangat strategis. Apalagi, Perlak sangat dikenal sebagai penghasil kayu perlak, yaitu jenis kayu yang sangat bagus untuk membuat kapal. Kondisi semacam inilah yang membuat para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia tertarik untuk datang ke daerah ini. Masuknya para pedagang tersebut juga sekaligus menyebarkan ajaran Islam di kawasan ini. Kedatangan mereka berpengaruh terhadap kehidupan sosio-budaya masyarakat Perlak pada saat itu. Sebab, ketika itu masyarakat Perlak mulai diperkenalkan tentang bagaimana caranya berdagang. Pada awal abad ke-8, Perlak dikenal sebagai pelabuhan niaga yang sangat maju. Model pernikahan percampuran mulai terjadi di daerah ini sebagai konsekuensi dari membaurnya antara masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang. Kelompok pendatang bermaksud menyebarluaskan misi Islamisasi dengan cara menikahi wanita-wanita setempat. Sebenarnya tidak hanya itu saja, pernikahan campuran juga dimaksudkan untuk mengembangkan sayap perdagangan dari pihak pendatang di daerah ini.


PENINGGALAN KERAJAAN

1) Naskah-Naskah Tua Berbahasa Melayu:

Idharatul Haq fi Mamlakatil Ferlah wal Fasi, karangan buku Abu Ishak Makarani Al Fasy.
Kitab Tazkirah Thabakat Jumu Sultan as Salathin, karangan Syekh Syamsul Bahri Abdullah As Asyi.
Silsilah Raja-Raja Perlak dan Pasai, catatan Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin

2) Bukti-bukti Peninggalan Sejarah

Mata Uang Perlak [ Mata uang dari emas (dirham), Mata uang perak (kupang), Mata uang tembaga ( kuningan ) ]

Stempel kerajaan
bertuliskan huruf Arab, model tulisan tenggelam yang membentuk kalimat “Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah 512”. Kerajaan Negeri Bendahara adalah menjadi bagian dari Kerjaan Perlak.

Makam Raja Benoa
Bukti lain yang memperkuat keberadaan Kerajaan Perlak adalah makam dari salah seorang raja Benoa di tepi Sungai Trenggulon. Batu nisan makam tersebut bertuliskan huruf Arab. Berdasarkan penelitian Dr. Hassan Ambari, nisan makam tersebut dibuat pada sekitar abad ke-4 H atau abad ke-11 M. Berdasar catatan Idharul Haq fi Mamlakatil Ferlah wal Fasi, Benoa adalah negara bagian dari Kerajaan Perlak.







Sumber: wikipedia dan blog-blog lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi dan sinopsis Novel Ceros dan Batozar karya Tere Liye

[Sinopsis & Resensi Novel] BULAN karya Tere Liye

Resensi & sinopsis Novel Komet Karya Tere Liye